Selasa, 21 April 2015


BERKARAKRET SEPERTI LAUTAN
Orang yang memiliki karakter kuat adalah mereka yang tidak mau dikuasai oleh sekumpulan realitas yang telah ada begitu saja dari sononya. Sementara orang yang mempunyai karakter yang lemah adalah orang yang tunduk pada sekumpulan kondisi yang telah diberikan kepadanya tanpa dapat menguasainya.
Kita yang gampang menyerah untuk marah, yang gampang putus asa untuk melatih rasa adalah orang-orang dengan karakter lemah. Kita yang gampang melupakan janji dan tekad, yang gampang menyalahkan pihak lain, tentulah bukan orang-orang dengan karakter yang kuat.
            Bila karakter kita kuat, tentulah kita seperti gelombang yang maju menejaang apapun yang ada di hadapannya. Karena karakter kita begitu lemah, kita persis seperti buaih, begitu banyak mengunduk tapi tanpa daya untuk melakukan apa-apa. Sesekali buih itu berkumpul, menggemakan istighasah, lalu setelah itu meninggalkan lapangan penuh sampah. Bagaimana Tuhan mau memberi ampun semetara kita berdoa sembari merusak bumi yang indah? Sesekali buih itu bermusyawarah mencari mufakat, sembari saling membenci dan membuat kelompok-kelompok.
            Mengapa kita begitu rapuh? Karena kita kehilangan karakter!
 beberapa orang ahli di negeri ini menyindir kita sebagai “murid orde baru, sebagai penderita gegar kebebasan”. Setelah sekian lama disekap, kita begitu kebingungan ketika mendapatkan kebebasan. Akhirnya, kita menjadi tak tahu arah, bicara tanpa batas dan menyatakan pendapat asal berbeda
            Kita terseret oleh apa yang disebut heidegger sebagai “rasa ingin tahu” (neugier):
“orang yang diseret rasa ingin tahu ingin melihat, tetapi tidak untuk mengerti yang dilihat, melaikan hanya untuk melihat entah mengapa dan untuk apa. Ia hanya mencari yang baru untuk merasakan kebaruan itu tanpa tahu mengapa itu baru. Berita tentang rumah hantu di kawasan pondok indah jakarta menyeret ratusan orang untuk melihatnya. Saat ditanya mengapa datang kesitu, orang tak bisa memberikan alasan selain hanya untuk melihat seperti juga orang-orang lain melihat. Prilaku konsumen produk-produk baru menunjukan gejala serupa”.
            Begitu sempurna gambaran nir-karakter kita, sehingga kesurupan pun menjadi gejala massal di sekolah-sekolah. Tanpa karakter, kita begitu latah bahkan dalam hal-hal yang seharusnya tak pantas ditiru.
Posted by Nida Vitria Utami On 01.50 No comments

0 komentar:

Posting Komentar

  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube

Cari Blog Ini