BERKARAKRET
SEPERTI LAUTAN
Orang yang memiliki karakter kuat
adalah mereka yang tidak mau dikuasai oleh sekumpulan realitas yang telah ada
begitu saja dari sononya. Sementara orang yang mempunyai karakter yang lemah
adalah orang yang tunduk pada sekumpulan kondisi yang telah diberikan kepadanya
tanpa dapat menguasainya.
Kita
yang gampang menyerah untuk marah, yang gampang putus asa untuk melatih rasa
adalah orang-orang dengan karakter lemah. Kita yang gampang melupakan janji dan
tekad, yang gampang menyalahkan pihak lain, tentulah bukan orang-orang dengan
karakter yang kuat.
Bila karakter kita kuat, tentulah
kita seperti gelombang yang maju menejaang apapun yang ada di hadapannya. Karena
karakter kita begitu lemah, kita persis seperti buaih, begitu banyak mengunduk
tapi tanpa daya untuk melakukan apa-apa. Sesekali buih itu berkumpul,
menggemakan istighasah, lalu setelah
itu meninggalkan lapangan penuh sampah. Bagaimana Tuhan mau memberi ampun
semetara kita berdoa sembari merusak bumi yang indah? Sesekali buih itu
bermusyawarah mencari mufakat, sembari saling membenci dan membuat
kelompok-kelompok.
Mengapa kita begitu rapuh? Karena kita
kehilangan karakter!
beberapa orang ahli di negeri ini menyindir
kita sebagai “murid orde baru, sebagai penderita gegar kebebasan”. Setelah sekian
lama disekap, kita begitu kebingungan ketika mendapatkan kebebasan. Akhirnya,
kita menjadi tak tahu arah, bicara tanpa batas dan menyatakan pendapat asal
berbeda
Kita terseret oleh apa yang disebut
heidegger sebagai “rasa ingin tahu” (neugier):
“orang
yang diseret rasa ingin tahu ingin melihat, tetapi tidak untuk mengerti yang
dilihat, melaikan hanya untuk melihat entah mengapa dan untuk apa. Ia hanya
mencari yang baru untuk merasakan kebaruan itu tanpa tahu mengapa itu baru. Berita
tentang rumah hantu di kawasan pondok indah jakarta menyeret ratusan orang
untuk melihatnya. Saat ditanya mengapa datang kesitu, orang tak bisa memberikan
alasan selain hanya untuk melihat seperti juga orang-orang lain melihat. Prilaku
konsumen produk-produk baru menunjukan gejala serupa”.
Begitu sempurna gambaran nir-karakter
kita, sehingga kesurupan pun menjadi gejala massal di sekolah-sekolah. Tanpa karakter,
kita begitu latah bahkan dalam hal-hal yang seharusnya tak pantas ditiru.
0 komentar:
Posting Komentar