wajah
pendidikan kita
pendidikan karakter tiba-tiba menjadi wacana hangat di
dunia pendidikan indonesia. Walaupun gagasan karakter adalah gagasan tua, setua
sejarah pendidikan, namun kemunculan gagasan “pendidikan karakter” menginterupsi kita, atau menonjok keterlenaan
kita, atau bahkan menonjok keterlenaan kita. Selama ini kita begitu asyik
berenang-renang pada model pendidikan yang menafikan karakter, sibuk menyusun
desain pembelajaran dengan meletakkan pilihan a,b, atau c sebagai evaluasi
terakhir. Selama ini kita bangga menyaksikan anak-anak didik begitu terampil
menjawab soal-soal cerdas cermat, atau begitu lincah memainkan pengsil 2B-nya
di antara isian soal ujian akhir; sembari menutup mata bahwa semakin hari
mereka tampil sebagai “orang asing” atau sebaga orang yang terpecah
(berpengetahuan x tetapi berprilaku minus x).
Selama ini, bangsa kita kehilanga karakter. Karakter ( dari bahasa Yunani Karasso) adalah
cetak biru, format dasar; atau bisa juga dimaknai sebagai sesuatu yang tidak
dapat dikuaai oleh intervensi manusiawi. Karakter adalah seperti lautan, tak
terselami dan tak dapt diintervensi. Dan kita, sebagai bangsa sudah kehilangan
sesuatu yang tak dapat diintervensi ini. Setelah reformasi kita semakin
menemukan muka rusak prilaku diri. Begitu gampang di sulut, begitu mudah
dionbang-ambing isu, dan begitu ringan untuk menuduh pihak lain sebagai yang
pasti bersalah tanpa intropeksi diri.
Sebagai lautan, kita begitu gampang diselami, dibuat
keruh atau dibuat mengamuk bagai Stunami. Sebagai gelombang, kita sebagai
gelombang, kita mudah diintervensi oleh pihak-pihak tertentu untuk marah,
bergerombol dan meneriakkan sesuatu yang bukan keinginan kita. Sebagai bukti,
kita bisa membuka media massa sembarang. Tiap hari ada saja orang yang bunuh
diri. Tidak tanggung-tanggung bangsa ini melahirkan bunuh diri sekeluarga. Tiap
hari selalu saja ada pejabat yang
berkomentar atau mengemukakan pendapat tanpa mempertimbangkan kenyataan (atau
bahkan mengingkari kenyataan). Setiap menit kita menyaksikan aliran uang jutaan
rupiah ditawarkan bagi tebak-tebakan yang remeh-remeh di televisi sembari
diselingi breaking news tentang
seorang kepala keluarga di sulawesi mati kelaparan
0 komentar:
Posting Komentar